Jumat, 30 November 2018

Etika Profesi Pada Negara Jepang



Etika bekerja di negara Jepang.
Berbicara mengenai kedisiplinan dan tanggung jawab dalam sebuah pekerjaan, budaya kerja Jepang bisa dijadikan tolak ukur sebuah contoh. Jepang dikenal dunia sebagai bangsa dengan kedisiplinan dan tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Berkat kerja kerasnya itu, pantas saja mereka bisa menjadi salah satu negara terhebat dengan tingkat ekonomi yang sejajar dengan negara-negara di Eropa dan Amerika.
Dahulu orang Jepang bukanlah orang yang etos kerjanya tinggi, mereka sering bersantai-santai dan selalu menunda-nunda pekerjaan. Namun kekalahan pada perang dunia ke-2 membuat mereka berubah total. Kondisi ekonomi terpuruk, pengangguran merajalela. Ketika itu bangsa Jepang tak punya pilihan lain selain bangkit dan bekerja dengan keras agar bisa survive melawan keterpurukannya.
Situasi yang serba tak enak tersebut secara tidak langsung menempa kedisiplinan mereka dan berperan penting dalam pembentukan karakter etos kerja yang sangat mengagumkan. Etos kerja tersebut ditularkan kepada generasi selanjutnya dalam sebuah konsep moral yang ditanamkan dengan ketat melalui pendidikan di Jepang.
Poin-poin penting mengenai budaya kerja orang Jepang dapat diuraikan menjadi beberapa hal seperti berikut ini :

Ø  Team Work
Seorang salaryman di Jepang akan merasa tempat kerjanya seperti desa dimana semua penduduknya saling bergotong-royong membangun lingkungannya. Ini adalah sebuah pemikiran khas bangsa Jepang yang dikenal dengan istilah mura no guruupu (村のグループ) atau “Village Relationship”.

Ø  Life Time Employment
Sebagian besar orang Jepang mempunyai prinsip life time employment dimana mereka hanya akan bekerja di satu perusahaan sampai waktu pensiun tiba. Di perusahaan tempat saya bekerja di Jepang dulu, banyak pegawai yang sudah bekerja lebih dari 40 tahun dan mereka rata-rata sudah berusia diatas 60 tahun.
Perusahaan seolah menjadi rumah atau desa tempat tinggal orang Jepang yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Berbeda dengan orang Indonesia dimana mereka menganggap kantor sebagai “ dan kadang bekerja pun malas-malasan. Bagi orang Jepang, terkadang kantor atau pabrik pun menjadi tempat tidurnya saat ada lembur yang mengharuskan mereka bekerja sampai larut malam.

Ø  Senior & Junior
Jepang  adalah salah satu negara yang masih memegang teguh senioritas. Ada istilah Senpai (先輩) dan Kouhai (後輩) yang berarti senior dan junior. Yang muda harus patuh kepada yang lebih tua apabila diberi perintah. Sistem ini sudah mutlak dan menjadi sebuah sistem dalam seluruh aspek kehidupan di Jepang. Senior harus mengarahkan dan mengajari juniornya, sebaliknya junior wajib menghormati dan mengikuti dan apa yang menjadi perintah seniornya. Makanya jarang sekali dalam sebuah struktur organisasi di perusahaan Jepang, pegawai berusia di bawah 30 tahun yang sudah mempunyai jabatan tinggi, para top level sekelas manager atau direktur biasanya sudah berumur 50-60 tahun.

Ø  Prinsip Samurai
Prinsip yang mengajarkan semangat dan pantang menyerah sebelum mereka benar-benar tak mampu mengerjakannya. Para samurai akan melakukan harakiri (腹切り) atau bunuh diri dengan cara menusukkan pedangnya sendiri ke dalam perut apabila dalam bertarung dia kalah. Hal ini menunjukkan upaya para samurai untuk menebus harga diri mereka yang hilang akibat kalah dalam peperangan.
Hingga saat ini, samurai spirit masih tertanam kuat di dalam jiwa bangsa Jepang, namun digunakan untuk membangun kekuatan ekonomi, menjaga harga diri negara, dan kehormatan bangsa secara utuh. Semangat ini berhasil menciptakan Jepang menjadi bangsa yang pantang menyerah meskipun sumber daya alamnya yang minim serta sering ditimpa berbagai bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami.

Ø  Kaizen
Kaizen ( 改善)secara bahasa artinya perbaikkan. Sifat orang Jepang yang semangat dan tak cepat berpuas diri melahirkan prinsip kaizen ini. Dalam dunia bekerja, kaizen adalah sebuah strategi yang bertujuan meningkatkan secara kontinyu menuju ke arah yang lebih baik terhadap proses produksi, kualitas dan kuantitas produk, pengurangan biaya operasional, mengurangi pemborosan, sampai meningkatkan keamanan kerja.

Ø  Tamu adalah Raja, Atasan adalah Dewa
Ada pepatah Jepang yang mengatakan bahwa “tamu adalah raja, atasan adalah dewa”. Pepatah ini membuat para pekerja patuh dan loyal pada bos mereka. Mereka siap melakukan apa yang diperintahkan atasan demi kesuksesan perusahaan tempat mereka bekerja, Hebatnya lagi, para roumusha (buruh) Jepang ini bersedia bekerja lembur tanpa bayaran sepeser pun.
Mereka berpikiran apabila hasil produksi naik dan perusahaan untung besar, otomatis pekerja akan mendapatkan bayaran yang setimpal. Dalam pikiran dan jiwa mereka sudah tertanam kuat untuk melakukan pekerjaan sebaik  dan semaksimal mungkin. Gagal atau tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sama halnya dengan mempermalukan diri sendiri, bahkan harga diri mereka merasa hilang. Banyak para pemimpin Jepang mengundurkan diri karena mereka dianggap gagal mengemban tugasnya.

Ø  Malu Jika Pulang Cepat
Lembur sudah menjadi hal biasa dalam sebuah pekerjaan di Jepang. Rata-rata pekerja Jepang bisa bekerja sampai lebih dari 12 jam sehari. Mereka yang pulang cepat dianggap pekerja tidak produktif dan tidak penting bagi perusahaan. Kecintaan orang Jepang pada pekerjaannya dibuktikan dengan jumlah waktu yang mereka habiskan di tempat kerja. Tanpa diawasi pun mereka akan bekerja dengan baik, penuh dedikasi dan tak ada korupsi waktu seperti kebanyakan pekerja di Indonesia.

Ø  Pembagian Waktu
Di perusahaan tempat saya bekerja,  jam kerja dihitung dari pukul 07:00 sampai 16:00. Jika bel masuk telah berbunyi, tak ada lagi obrolan dan candaan, semua langsung bekerja sesuai pekerjaannya masing-masing. Baru ketika masuk “hiru gohan no jikan (昼御飯の時間)” atau waktu makan siang, mereka mematikan mesin dan menghentikan pekerjaan untuk menuju shokudo (食堂) atau kantin untuk makan dan kembali bercanda tanpa memikirkan pekerjaan.
Semua kesuksesan tidak akan datang jika tidak dibarengi dengan kedisiplinan dan kerja keras. Kita bisa mencontoh budaya kerja Orang Jepang dimana mereka sangat bersemangat dalam bekerja tanpa banyak mengeluh ataupun minta naik gaji seperti kebanyakan yang terjadi di Indonesia. Semoga saja bangsa Indonesia bisa sehebat bahkan melebihi bangsa Jepang dalam segala hal khususnya dari segi teknologi.

0 komentar:

Posting Komentar